MAKALAH : Hubungan Penguasaan Kosa Kata Terhadap Kemampuan Berbicara
PENGARUH
MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETRAMPILAN
BERBICARA
PIDATO
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis peran minat membaca dan penguasaan kosakata
terhadap ketrampilan berbicara pidato. Penelitian ini adalah survei dengan
populasi peserta didik kelas VIII SMP Swasta di Kota Depok. Sampel diambil
dengan teknik random sampling sebanyak 60 orang. Instrumen yang digunakan
adalah angket, tes dan berpidato. Analilis data menggunakan regresi korelasi
ganda. Dari perolehan hasil: (1) terdapat pengaruh yang signifikan minat
membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama terhadap keteramplan
berbicara pidato; (2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan minat
membaca terhadap ketrampilan membaca terhadap ketrampilan berbicara pidato; (3)
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ketrampilan berbicara pidato.
Kata kunci: minat
membaca, penguasaan kosakata, ketrampilan berbicara pidato
.PENDAHULUAN
Bahasa sangat
berperan penting bagi semua aspek kehidupan manusia. Selain dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari, bahasa juga diperlukan dalam menjalankan semua aktivitas
manusia seperti untuk menyampaikan dan mengungkapkan ide, gagasan, pikir-an,
pandangan maupun perasaan. Bahasa juga berperan sentral dalam per-kembangan
intelektual, sosial, dan emosional siswa. Bahasa merupakan pe-nunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Kurikulum di sekolah-sekolah
telah melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia yang bertujuan membantu siswa
mengenal dirinya, budayanya, juga budaya orang lain. Siswa dapat pula menemukan
dan menggunakan kemampuan analitis dan DEIKSIS.
imajinatif yang ada di dirinya baik itu
kemampuan mendengar, berbicara, me-nyimak, serta kemampuan menulis.
Salah satunya adalah ketrampilan berbicara pidato.
Ketrampilan berbicara pidato sangatlah penting dikuasai siswa guna meningkatkan
ketrampilan ber-bahasa. Dengan berbicara pidato, siswa akan mampu
mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan cerdas sesuai dengan konteks
maupun situasi konteks. Ketrampilan berbicara pidato akan mampu mencetak
generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu mem-bentuk tuturan ataupun
ujaran yang jelas, komunikatif, runut dan mudah di-pahami.
Bahasa adalah alat untuk mencapai tujuan dan
menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan nyata (Vygotsky, 1978, 1986).
Bahasa di-pandang sebagai alat yang efektif untuk mencipta peserta didik yang
tangguh dan kempetitif. dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat komponen
ke-terampilan di antaranya : (1) membaca, (2) menyimak, (3) berbicara, (4)
menulis. Ketrampilan berpidato me-rupakan bagian dari aspek yang di-kembangkan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan tujuan peng-ajaran dari aspek
pengembangan indikator bahasa Indonesia pada siswa SMP.
Alek A. dan Achmad H.P. (2010: 77) mengatakan bahwa
ketrampilan berbahasa, membaca merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh
semua anggota komunitas yang membuka diri dalam cakrawala pemikiran positif,
referensial, berpikiran multidimensial, dan ke arah depan demi kemajuan
kualitas dan kehidupan manusia. Per-nyataan tersebut menunjukkan bahwa tanpa
latar belakang berpidato yang baik, siswa akan mengalami kesulitan dimasa yang
akan datang dan kesuksesan mereka dipertaruhkan. Kemampuan berpidato memang
menduduki posisi serta peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan umat
manusia. Oleh karena itu ketrampilan berpidato perlu diberikan pada anak
sebagai salah satu usaha untuk menumbuhkan minat baca dan dan meningkatkan
penguasaan kosakata dalam ketrampilan berpidato pada siswa.
Fenomena lain yang tampak ber-dasarkan observasi awal
sistem pem-belajaran berbicara yang diterapkan oleh guru di sekolah yang akan
diteliti cenderung monoton (didominasi oleh penggunaan metode ceramah),
pem-belajaran dengan sistem klasikal yang mengarah pada komunikasi satu arah
(guru dan siswa), dan lebih berorientasi penghafalan materi pem-belajaran.
Masalah yang timbul dalam proses pembelajaran
berbicara secara formal missalnya mengemukakan pendapat ke forum, pidato,
diskusi ilmiah, penyaji makalah, dll, yang belum memadai (masih rendah)
sebagaimana uraian ter-sebut disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu: faktor
siswa dan faktor strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Adapun faktor yang berasal dari siswa, antara lain:
(1) motivasi siswa dalam belajar berbicara sangat
minim;
(2) minat baca siswa masih rendah,
(3) kosakata yang digunakan sederhana dan terbatas ;
(4) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk
dikembangkan jadi tulisan sangat terbatas;
(5) kemampuan siswa menafsirkan fakta untuk ditulis
sangat rendah;
(6) kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke
dalam bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta
diikat oleh struktur bahasa. Ada-pun faktor yang berasal dari luar diri siswa,
antara lain:
(1) pokok bahasan berbicara tidak memperoleh perhatian
serius dari guru;
(2) sarana dan metode atau strategi pembelajaran
berbicara belum efektif;
(3) kurangnya hubungan Pengaruh Minat Membaca Dan
Penguasaan Kosakata Terhadap Ketrampilan Berbicara Pidato. komunikatif antara
guru dan siswa serta siswa dengan siswa lainnya sehingga proses interaksi
menjadi vakum.
(4) kurang ketersediaan buku bacaan baik di sekolah
maupun di rumah
(5) kurangnya budaya membaca orang-orang di lingkungan
sekitar siswa, dan
(6) kondisi siswa yang tidak ada tuntutan kepada siswa
untuk giat membaca. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa dibutuhkan pem-benahan
dalam pembelajaran berbicara.
Kompetensi siswa dalam berbicara dapat ditingkatkan
dengan membenahi segala hal yang menjadi titik kelemahan siswa dalam berbicara.
Secara umum, berbicara merupakan suatu proses sekaligus suatu produk/ hasil.
Berbicara sebagai suatu proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari tema
atau topik yang dipilih untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana
tertentu yang sesuai atau tepat dengan situasi dan konteksnya. Kemampuan
berbicara yang menuntut kemampuan untuk dapat me-lahirkan dan menyatakan kepada
orang lain tentang hal yang dirasakan, di-kehendaki, dan dapat dipikirkan
dengan bahasa lisan.
Ketrampilan berbicara bukanlah kemampuan yang diwarisi
secara turun temurun dan tidak datang dengan sendirinya. Ketrampilan ini
menuntut pe-latihan yang cukup dan teratur serta pembelajaran yang terprogram.
Program-program tersebut disusun dan direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam proses belajar ber-bicara formal, berbagai kemampuan itu tidak
mungkin dikuasai siswa secara se-rentak. Semua kemampuan itu dapat di-kuasai
siswa melalui suatu proses, setahap demi setahap. Karena kemampuan itu tidak bisa
dikuasai secara serentak, untuk mempermudah mempelajarinya perlu di-buat skala
prioritas. Penentuan prioritas ini di-harapkan dapat digunakan sebagai strategi
dasar untuk memulai belajar berbicara dan mengemukakan pendapat. Sebagai
strategi dasar, perioritas yang dimaksud tentu saja tidak hanya berupa suatu
rangkaian kemampuan yang meng-arah pada terbentuknya sebuah ucapan formal.
Berbicara pidato merupakan pe-nyampaian gagasan atau
ide yang ber-sumber dari pengalaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, dan
keyakinan dengan menggunakan media tulis sebagai alatnya. Berbicara pidato
bukan-lah hal yang mudah. Adakalanya siswa memiliki pengetahuan, gagasan, dan
ide yang luas, namun sangat susah me-nuangkannya dalam bentuk kata-kata yang
harus diucapkan. Siswa kadang tidak mampu merangkai kata-kata untuk diucapkan.
Siswa kadang kurang me-nyadari hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat
yang lain. Akhirnya, sering ditemukan beberapa kalimat sumbang. Kalimat sumbang
dalam ber-bicara pidato dapat menimbulkan ke-kaburan makna atau isi dari yang
di-bicarakan. Sebaliknya, berbicara pidato akan lebih mudah dipahami jika
kalimat-kalimatnya tersusun rapi, jelas kohesi dan koherensi antara kalimatnya
Namun demikian pada kenyataan-nya banyak
siswa yang tidak memiliki ke-terampilan berpidato dengan baik. Siswa mengalami
kesulitan dalam me-milih kosakata yang tepat sehingga hal itu sangat menghambat
perkembangan ketrampilan dalam berpidato. Dalam ke-trampilan berpidato,
penguasaan kosa kata memegang peranan penting karena dengan penguasaan kosa
kata yang baik ketrampilan berbicara pidato akan ber-jalan dengan baik.
Selain faktor penguasaan kosa kata yang
mempengaruhi ketrampilan ber-pidato adalah minat membaca. Dengan minat membaca
yang tinggi maka siswa akan banyak memperoleh berbagai konsep, pengetahuan dan
informasi se-hingga siswa akan terampil dalam ber-bicara pidato. Minat membaca
yang tinggi akan mendorong dan menjadikan kegiatan berbicara pidato akan lebih
ber-makna dan berkualitas. Apabila minat membaca pada siswa dan penguasaan
kosakata sangat rendah maka itu akan menjadi penyebab siswa kurang me-miliki
kemampuan dalam berbicara pidato.
Minat secara umum dapat diartikan sebagai
suatu kecenderungan yang me-nyebabkan seseorang berusaha untuk men-cari ataupun
mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat sebagai sifat positif
anak terhadap aspek-aspek lingkungan. Minat dapat diartikan sebagai
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas
disertai dengan rasa senang. Minat juga berarti ke-cenderungan hati yang sangat
tinggi ter-hadap sesuatu (Tim Reality, 2008: 450).
Meicihati (1972) mengemukakan bahwa minat adalah
perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk
tekun melakukan suatu aktivitas. Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan
aspek afektif. Aspek kognitif berupa konsep positif terhadap suatu objek dan
berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif dalam rasa suka atau
tidak senang dan kepuas-an pribadi terhadap objek tersebut.
PEMBAHASAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Berbicara Pidato
Mulgrave (1964;3-4) menyatakan berbicara
adalah kemampuan meng-ucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk
mengekspesikan. Selanjutnya, dinyatakan bahwa berbicara merupakan sistem tanda
yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan otot-otot dan jaringan otot
manusia untuk me-ngomunikasikan ide-ide. Berbicara juga dipahami sebagai bentuk
perilaku manusia yang memanfaatkan fktor fisik, psikis, neurologis, semantic,
dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat diguanakan sebagai alat yang
sangat penting untuk melakukan kontrol sosial.
Marrie M. Stewart dan Kenneth Z Memer
(dalam suhariyati dan edi suryanto, 1996; 129) bahwa hakikat ber-bicara adalah
suatu proses pemindahan pesan dari suatu sumber kepada sumber yang lain.
Sementara hariyadi dan zamzami (1997: 54) mengatakan bahwa berbicara pada
hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi sebab di dalam-nya terjadi
pemindahan pesan dari satu sumber ke tempat yang lin. Burhanudin nurgiantoro
(1988:252) mengatakan ber-bicara merupakan aktivitas mendengar-kan, berdasarkan
bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya, kemudian manusia belajar mengucapkan dan
akhirnya mampu berbicara.
Berbicara merupakan aktivitas kehidupan
manusia normal yang sangat penting, karena dengan ber-bicara kita dapat
berkomunikasi antara sesama manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud
dan pesan, mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain
sebagai-nya. Dedi Setiawan (2010, 98), men-definisikan bahwa pidato adalah
ber-bicara di depan umum (orang banyak) untuk menyamaikan ide, gagasan, dan
pikiran yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan. Pidato juga
merupa-kan ketrampilan berbicara. Unsur-unsur dalam Pidato adalah pembicara,
bahan materi, objek yakni pendengar, dan tema. Unsur-unsur tersebut sangat mem-pengaruhi
antara satu sama lain.
Muhammad Rohmadi (2011: 54) memberi
definisi bahwa pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk
disampaikan kepada orang banyak. Budi Artati (2012: 38) men-definisikan pidato
sebagai suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk di-sampaikan kepada orang
banyak. Gorys Keraf (2009:128) mengatakan bahwa Pengaruh Minat Membaca Dan
Penguasaan Kosakata Terhadap Ketrampilan Berbicara Pidato (Ana Widyastuti)
31
pidato adalah suatu bentuk perbuatan
berbicara di depan umum atau orang dalam situasi tertentu, untuk tujuan
ter-tentu dan kepada pendengar yang tertentu pula. Pidato adalah berbicara di
depan umum (orang banyak) untuk me-nyampaikan ide, gagasan, dan pikiran yang
telah disusun secara sistematis terstruktur dan efektif. Dari definisi di atas
bahwa ketrampilan berbicara pidato adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau mengucap-kan kata-kata untuk menceritakan, mengekspresikan,
menyatakan, atau me-nyampaikan ide, gagasan, dan pikiran yang telah disusun
secara sistematis terstruktur dan efektif di depan umum (orang banyak).
Pengertian MembacaMembaca menurut Klein, dkk. (dalam Farida Rahim, 2005:
3) : “Pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari
teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama
dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam
rangka me-ngonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan
jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga, membaca merupakan interaktif.
Ke-terlibatan pembaca dengan teks ter-gantung pada konteks. Orang yang senang
membaca suatu teks yang ber-manfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin
dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable)
sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.”
Dijabarkan juga oleh Burns, dkk. (1996: 6) bahwa:
“aktivitas membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses membaca dan produk
membaca. Dalam proses membaca ada sembilan aspek yang jika berpadu dan
berinteraksi secara harmonis akan menghasilkan komunikasi yang baik antara
pembaca dan penulis. Membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dalam rangka untuk mendapatkan semua informasi, konsep, gagasan, dan
makna yang ada pada suatu tulisan.
Pengertian Kosa kata
Menurut Kridalaksana (2008: 137) bahwa kosa kata (Vocabulary)
adalah kumpulan kata; khazanah kata; leksikon. Dengan demikian, seseorang yang
akan berbicara atau menulis seharusnya me-miliki sejumlah kata. Semakin banyak
jumlah kata yang dimiliki seseorang akan semakin mudah menyusun kalimat, baik
dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa tulis. Sedangkan Keraf (2005: 25)
mengemuka-kan bahwa kata sebagai satuan dari per-bendaharaan kata sebuah bahasa
mengandng dua aspek yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi dan makna.
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat diserap dengan panca-indera yaitu
dengan mendengar atau melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang
menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pem-baca. Tambahnya lagi,
Tarigan (2003: 64) me-nyatakan bahwa kosa kata merupakan suatu sistem bahasa
yang berinteraksi dalam pola-pola sintaksis. Pendapat ini dapat kita
sederhanakan bahwa kosa kata merupakan hubungan beberapa kata yang menjadi satu
kesatuan yang erat dan utuh dalam membentuk sebuah frasa, kalimat atau wacana.
Pengertian Pidato
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pidato diartikan
sebagai: 1) mengungkapkan pikiran di bentuk kata-kata yang ditujukan kepada
banyak orang, dan 2) Wacana yang disiapkan diucapkan kepada kalayak. Dalam
situs DEIKSIS | Vol. 08 No.01 | Januari 2016 | 27 - 38
32
Wikipedia, kata pidato dideinisikan
se-bagai sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan
pendapatnya, atau memberikan gambar-an tentang suatu hal. Pidato biasa-nya
dibawakan oleh seorang yang memberi-kan orasi-orasi, dan pernyataan tentang
suatu hal/ peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan.
Dedi Setiawan (2010, 98), men-definisikan bahwa pidato
adalah ber-bicara di depan umum (orang banyak) untuk menyamaikan ide, gagasan,
dan pikiran yang direncanakan ataupun yang tidak direncanakan. Pidato juga
me-rupakan ke-terampilan berbicara. Unsur-unsur dalam Pidato adalah pembicara,
bahan materi, objek yakni pendengar, dan tema. Unsur-unsur tersebut sangat
mempengaruhi antara satu sama lain.
Muhammad Rohmadi (2011: 54) memberi definisi bahwa
pidato adalah suatu ucapan dengan susunan yang baik untuk disampaikan kepada
orang banyak. Budi Artati (2012: 38) men-definisikan pidato sebagai suatu
ucapan dengan susunan yang baik untuk di-sampaikan kepada orang banyak. Gorys
Keraf (2009 : 128) mengatakan bahwa pidato adalah suatu bentuk perbuatan
berbicara di depan umum atau orang dalam situasi tertentu, untuk tujuan
ter-tentu dan kepada pendengar yang tertentu pula.
Dari beberapa pendapat di atas pe-nulis menyimpulkan
bahwa pidato adalah berbicara di depan umum (orang banyak) untuk menyampaikan
ide, gagasan, dan pikiran yang telah disusun secara sistematis terstruktur dan
efektif.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pe-nelitian ini adalah survei
dengan teknik korelasional. Variabel penelitian ini ter-diri dari variabel
terikat, yaitu Ke-trampilan berbicara pidato (Y) dan dua variabel bebas, yaitu
Minat membaca (X1), dan Penguasaan kosakata (X2), maka model konstelasi
hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1. : Konstelasi Hubungan Antar Variabel
Penelitian
Keterangan :
Variabel Bebas (X1) : Minat membaca
Variabel Bebas (X2) : Penguasaan kosakata
Variabel Terikat (Y) : Ketrampilan berbicara pidato
ε : Variabel lain yang tidak diteliti
Teknik pemilihan sampel dalam pe-nelitian ini
menggunakan teknik gabungan antara cluster, proporsional dan random.
Dari populasi terjangkau yaitu siswa kelas VIII SMP Swasta Depok yang terdiri
atas 417 siswa dan terbagi 27 rombongan kelas belajar, maka dalam menentukan
jumlah anggota sampel dari setiap sekolah dipilih secara acak. Dalam penelitian
ini, peneliti me-netapkan jumlah anggota sampel adalah 60 siswa. Variabel yang
diteliti dalam penelitian ini adalah:
X1 : Minat membaca
X2 : Penguasaan kosa kata
Y : Ketrampilan berbicara pidato
Sumber data untuk variabel minat membaca adalah
jawaban responden (siswa) atas butir-butir pertanyaan yang ada dalam angket/
kuisoner yang diberi-kan oleh peneliti. Sumber data untuk variabel pe-nguasaan
kosakata adalah Pengaruh Minat Membaca Dan Penguasaan Kosakata Terhadap
Ketrampilan Berbicara Pidato.
jawaban responden (siswa) atas
butir-butir soal yang ada dalam perangkat soal tes untuk mengukur penguasaan
kosa-kata dari responden. Sedangkan sumber data untuk variabel ketrampilan
ber-bicara pidato adalah nilai yang diperoleh responden dari pelaksanaan uji
praktik pidato yang temanya memilih dari be-berapa tema yang telah ditentukan
oleh peneliti
Teknik mendapatkan data untuk variabel minat membaca
dan penguasaan kosakata siswa adalah dengan meminta responden untuk menjawab
butir-butir pertanyaan/ soal yang ada dalam angket/ kuisener/ soal yang
diberikan oleh pe-neliti. Jawaban responden tersebut kemudian diberi skor
sesuai dengan ketentuan penskoran yang ada pada angket. Sedangkan data untuk
variabel ketrampilan berbicara pidato adalah dengan melaksanakan uji praktik
pidato kepada responden yang temanya me-milih dari beberapa tema yang telah
ditentukan oleh peneliti.
Untuk pengujian validitas butir pertanyaan angket ini
digunakan rumus korelasi product moment pearson, di-mana kriteria
penerimaan butir instrumen valid atau tidak digunakan uji validitas instrumen
dengan rtabel, yang ditentukan uji satu sisi dengan taraf signifikansi ( α ) =
0,05 dan derajat kepercayaan ( df ) = k – 2 (dimana k = banyaknya responden uji
coba). Kriteria validitas butir soal adalah jika r hitung lebih besar dari pada
rtabel maka butir dianggap valid, Butir pertanyaan yang tidak valid tidak
digunakan atau di-buang. Pada penelitian ini karena uji coba instrumen
dilakukan pada 36 orang responden maka nilai rtabel adalah 0,2789.
Dari hasil perhitungan uji coba validitas instrumen
diperoleh bahwa butir pertanyaan yang ada instrumen ini semuanya valid.
Untuk pengujian reabilitas instrumen ini digunakan
rumus Alpha Cronbach. Angka reliabilitas yang di-peroleh dari
perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan rtabel pada uji satu dan derajat
kepercayaan (df) = k – 2 dimana k = banyaknya soal yang valid. Pada instrumen
ini karena banyaknya soal yang valid adalah sebanyak 20 soal maka besarnya
rtabel adalah 0,3783. Kriteria reliabilitasnya adalah jika r hitung lebih besar
dari pada rtabel maka instrumen tersebut reliabel.
Dari hasil perhitungan uji coba reliabilitas instrumen
diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi reliabilitasnya adalah sebesar 0,877,
yang berarti bahwa instrumen tersebut reliabel
Pengujian instrumen dilakukan dengan menguji validitas
setiap butir pertanyaan dan reliabilitas instrumen ter-sebut. Pengujian
tersebut dilakukan pada 18 orang responden anggota populasi yang bukan anggota
sampel.
Untuk pengujian validitas butir pertanyaan angket ini
digunakan rumus korelasi product moment pearson, di-mana kriteria penerimaan
butir instrumen valid atau tidak digunakan uji validitas instrumen dengan
rtabel, yang ditentukan uji satu sisi dengan taraf signifikansi ( α ) = 0,05
dan derajat ke-percayaan ( df ) = k – 2 (dimana k = banyaknya responden uji
coba). Kriteria validitas butir soal adalah jika rhitung lebih besar dari pada
rtabel maka butir dianggap valid, Butir pertanyaan yang tidak valid tidak
digunakan atau dibuang. Pada penelitian ini karena uji coba instrumen dilakukan
pada 18 orang responden maka nilai rtabel adalah 0,4.
Dari hasil perhitungan uji coba validitas instrumen
pada Lampiran 6 di-peroleh bahwa butir pertanyaan yang tidak valid sebanyak 5
butir yaitu butir nomor 22, 27, 30, 34 dan 40. Butir pertanyaan yang tidak
valid ini dibuang dan tidak digunakan lagi dalam instrumen untuk mendapatkan
data penelitian.
Untuk pengujian reabilitas instrumen ini digunakan
rumus Alpha Cronbach. Angka reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan
selanjutnya dibandingkan dengan rtabel pada uji satu dan derajat kepercayaan
(df) = k – 2 dimana k = banyaknya soal yang valid. Pada instrumen ini karena
banyaknya soal yang valid adalah sebanyak 35 soal maka besarnya rtabel adalah
0,2832. Kriteria reliabilitasnya adalah jika r hitung lebih besar dari pada
tabel maka instrumen tersebut reliabel.
Sedangkan ukuran pusat, letak dan simpangan diantaanya
dapat ditentukan dengan rumus-rumus berikut:
1) Menentukan Mean/rata-rata (Y), dengan rumus:
n fi Y Y i . 2) Menentukan Modus (Mo), dengan
rumus:
dimana : 2 1 1b b b p b Mo
Mo = Modus
b = batas bawah kelas modus, ialah kelas interval
dengan frekuensi terbanyak
p = panjang kelas
b1 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas
interval terdekat sebelumnya
b2 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas
interval terdekat sesudahnya
3) Menentukan Median (Me), dengan rumus:
Me = b + p dimana : f F n 21
Me = Median
n = banyaknya data
F = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median
f = Frekuensi kelas median
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas median
4) Variansi (SD) dan Simpangan Baku, dengan rumus:
dan Simpangan Baku (S) = 2 1 1 2 . .
k i k i nfi Yi n fi Yi SD
Pengujian normalitas data masing-masing sampel diuji
melalui hipotesis berikut :
H0 : data pada sampel tersebut ber-distribusi normal
H1 : data pada sampel tersebut tidak berdistribusi
normal
Perhitungan dilakukan program aplikasi SPSS 17.
Menurut ketentuan yang ada pada program tersebut maka kriteria dari normalitas
data adalah “jika p value (sig) > 0.05 maka H0 diterima”, yang
berarti data pada sampel tersebut berdistribusi normal. Nilai p value (sig) adalah
bilangan yang tertera pada kolom sig dalam tabel hasil/ output perhitungan
pengujian normalitas oleh program SPSS. Dalam hal ini digunakan metode Kolmogorov-Smirnov.
Kriteria signifikansi regresi tersebut adalah “jika Sig
< 0.05 maka H0 ditolak” atau “jika Fhitung > Ftabel
maka H0 ditolak”, yang berarti bahwa koefisien regresi tersebut signifikan,
dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas X1 dan X2
terhadap variabel terikat Y. Karena nilai Sig < 0,05 dan Fhitung
> Ftabel maka koefisien regresi tersebut signifikan
Hipotesis Statistik
1. H0 : βy.1 = βy2 = 0
H1 : βy.1 ≠ 0 atau βy.2 ≠ 0;
artinya : Pengaruh Minat Membaca Dan Penguasaan
Kosakata Terhadap Ketrampilan Berbicara Pidato
H0 : tidak terdapat pe-ngaruh minat
membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama terhadap ketrampilan
berbicara pidato
H1 : terdapat pengaruh minat membaca dan penguasaan
kosa-kata secara bersama-sama ter-hadap ketrampilan berbicara pidato
2. H0 : βy1 = 0 \
H1 : βy1 ≠ 0 ;
artinya :
H0 : tidak terdapat pengaruh minat membaca terhadap
ketrampilan berbicara pidato
H1 : terdapat pengaruh minat mem-baca terhadap
ketrampilan ber-bicara pidato
3. H0 : βy2 = 0
H1 : βy2 ≠ 0
artinya :
H0 : tidak terdapat pengaruh pe-nguasaan kosakata
terhadap ketrampilan berbicara pidato
H1 : terdapat pengaruh penguasaan kosakata terhadap ketrampilan
berbicara pidato
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara deskriptif, data penelitian ini dapat
dinyatakan dalam tabel di bawah ini.
N
|
Minimu
|
Maxim
|
Mean
|
Median
|
Std.
|
||||||||||
m
|
um
|
Deviation
|
|||||||||||||
Minat_Membaca
|
60
|
43.00
|
95.00
|
72.53
|
73.00
|
12.19401
|
|||||||||
Penguasaan_Kosakata
|
60
|
49.00
|
94.00
|
72.85
|
74.00
|
11.38513
|
|||||||||
Ketrampilan_Berbicara_P
|
60
|
59.00
|
89.00
|
73.93
|
74.00
|
7.75661
|
|||||||||
idato
|
|||||||||||||||
Valid N
(listwise)
|
60
|
||||||||||||||
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pengujian Normalitas
|
|||||||||||||||
Tests of Normality
|
|||||||||||||||
Kolmogorov-Smirnova
|
Shapiro-Wilk
|
||||||||||||||
Statistic
|
df
|
Sig.
|
Statistic
|
Df
|
Sig.
|
||||||||||
Minat_Membaca
|
.073
|
60
|
.200*
|
.977
|
60
|
.299
|
|||||||||
Penguasaan_Kosakata
|
.097
|
60
|
.200*
|
.975
|
60
|
.247
|
|||||||||
Ketrampilan_Berbicara_Pidato
|
.093
|
60
|
.200*
|
.978
|
60
|
.347
|
|||||||||
a.
Lilliefors Significance Correction
|
*. This
is a lower bound of the true significance.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh minat
membaca dan pe-nguasaan kosa kata terhadap ketrampilan berbicara pidato. Dari
dekripsi data setelah dilakukan analisis korelasi diperoleh koefisien korelasi
dari analisis regresi diperoleh persamaan garis regresi
= 28,02 + 0,283 X1 + 0,348 X2. Nilai konstanta = 28,02 menunjukkan bahwa dengan
minat membaca dan penguasaan kosakata paling rendah sulit bagi siswa tersebut
untuk bisa meraih pretasi belajar yang baik, sedangkan nilai koefisien regresi
sebesar 0,283 dan 0,348 me-nunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif variabel
bebas X1 (minat membaca) dan X2
(penguasaan kosakata) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y
(ketrampilan berbicara pidato). Angka koefisien regresi tersebut juga
menunjukkan bahwa setiap ada kenaikan satu nilai minat membaca maka akan
terdapat ke-naikan ketrampilan berbicara pidato sebesar 0,283, dan setiap ada
kenaikan satu nilai penguasaan kosakata maka akan terdapat kenaikan
ketrampil-an berbicara pidato sebesar 0,348.

Setelah dilakukan pengujian
linieritas garis regresi dengan meng-gunakan program SPSS diperoleh bahwa garis
regresi tersebut linier. Dari pe-ngujian signifikansi koefisien regresi yang
juga dilakukan dengan program SPSS diperoleh bahwa koefisien regresi tersebut
signifikan, yaitu diperoleh nilai Sig = 0,000 dan Fhitung = 53,613, sedangkan
Ftabel = 3,15. Karena nilai Sig
<
0,05 dan Fhitung > Ftabel maka benar bahwa terdapat
pengaruh yang positif variabel bebas X1 (minat membaca) dan X2
(penguasaan kosakata) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y
(ketrampilan berbicara pidato).
Pada hakikatnya penguasaan kosa
kata adalah mutlak diperlukan ketika pe-nutur (pembicara) atau penulis membuat
kalimat, paragraf, atau karangan secara utuh. Tanpa memiliki kosa kata yang
cukup, seorang penutur atau penulis akan mengalami
kesulitan dalam me-rangkai kata demi kata. Dengan demikian, agar di-peroleh
struktur kalimat yang memenuhi standar ke-bahasaan dan diksi yang tepat, maka
seyogyanya seorang penutur atau penulis harus memiliki kosa kata sebanyak
mungkin.
Dari informasi kuantitatif dan
teori tersebut peneliti berkesimpulan bahwa minat membaca dan penguasaan
kosa-kata mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama
ter-hadap ketrampilan berbicara pidato Dari deskripsi data setelah dilakukan
analisis korelasi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,808 dan koefisien
determinasi sebesaar 65,3%, setelah dilakukan peng-ujian dengan program SPSS
terbukti bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa
terdapat pengaruh variabel bebas X1 (minat membaca) dan X2
(penguasaan kosakata) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y
(ketrampilan berbicara pidato).
Sedangkan dari analisis regresi di-
peroleh
persamaan garis regresi
= 28,02 + 0,283 X1 + 0,348 X2. Nilai konstanta = 28,02 menunjukkan bahwa dengan
minat membaca dan penguasaan kosakata paling rendah sulit bagi siswa tersebut
untuk bisa meraih pretasi belajar yang baik, sedangkan nilai koefisien regresi
sebesar 0,283 dan 0,348 me-nunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif variabel
bebas X1 (minat membaca) dan X2
(penguasaan kosakata) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Y
(ketrampilan berbicara pidato).

Setelah dilakukan pengujian
linieritas garis regresi dengan meng-gunakan program SPSS diperoleh bahwa garis
regresi tersebut linier. Dari peng-ujian signifikansi koefisien regresi yang
juga dilakukan dengan program SPSS diperoleh bahwa koefisien regresi ter-sebut
signifikan yang berarti benar
PENUTUP
Terdapat pengaruh minat membaca
dan penguasaan kosakata secara bersama-sama terhadap ketrampilan berbicara
bidato.
Kedua terdapat pengaruh membaca
terhadap ketrampilan berbicara pidato. Ketiga terdapat pengaruh penguasaan
kosakata terhadap ketrampilan berbicara bidato.
Dari hasil penelitian ini,
penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut, (1) Hendaknya para guru
dan orang tua memperhatikan minat mem-baca yang dimiliki siswanya/
putra-putrinya dan selalu memberikan arahan
Comments
Post a Comment